Peregangan

Peregangan merupakan salah satu kegiatan sebelum memulai kegiatan inti latihan. Peregangan sebaiknya dilakukan setelah atlet melakukan pemanasan, baik pemanasan pasif, pemansan general maupun Pemanasan Formal. Karena, pemanasan akan mengurangi adanya ketegangan otot dan meningkatkan kemapuan jaringan penghubung sehingga kondisi otot atlet akan lebih siap dan optimal saat melangkah ke fase peregangan. 
Peregangan akan sangat berdampak pada kelentukan (fleksibility) seorang atlet yang akan berdampak pada kondisi atlet tersebut. Kelentukan (fleksibility) merupakan kemampuan untuk menggerakkan otot beserta persendian pada seluruh daerah pergerakan (Michael. J.A, 1996;3). Kelentukan (Fleksibility) seorang atlet dapat dicapai dengan berbagai bentuk latihan peregangan (pergangan statis, peregangan aktif, peregangan pasif dan PNF).

Peregangan dapat mengoptimalkan daya tangkap latihan dan penampilan atlet pada berbagai bentuk gerakan yang terlatih. Manfaat yang paling signifikan dari peregangan adalah meningkatkan jangkauan gerak (range of motion) seorang atlet. Dengan jangkauan gerak (range of motion) yang relatif luas hal ini dapat mengurangi resiko keseleo pada sendi dan cidera otot (kram). Pada atlet wanita peregangan dapat mengurangi rasa sakit yang menyiksa pada saat menstruasi. Pada saat melakukan peregangan, pertama-tama otot akan mengalami Stretch Reflek –merupakan suatu operasi dasar dari sistem syaraf yang membantu menjaga kesehatan otot dan mencegah luka pada otot. Kedua, peregangan dapat merubah sarung-sarung fascial yang menyelubungi otot menjadi lebih panjang dan semi permeabel sehingga dapat meningkatkan jangkauan gerak. Ketiga, peregangan diyakini dapat menstimulasikan produksi dan penyimpanan suatu bahan menyerupai gel yang disebut Glycosaminoglycan (GAGs). GAGs tersebut bersama dengan air dan asam hyaluron, melumasi dan menjaga jarak kritis antara serat-serat jaringan penghubung dalam tubuh kita sehingga mengurangi kemungkinan cidera.
Peregangan mengkondisikan otot untuk meregang secara maksimal sehingga otot-otot tersebut siap menerima impact (dampak) dari latihan yang berat. Sehingga jika seseorang atlet tidak melakukan peregangan secara maksimal otot-otot akan cenderung “kaget” untuk menerima impact dari latihan yang berat sehingga kemungkinan rasa sakit pada otot akan meningkat. Itu sebabnya dalam sebuah olahraga (latihan) fase-fase seperti peregangan harus dilakukan dengan porsi yang pas sehingga kondisi atlet benar-benar siap untuk melangkah pada fase latihan inti.

0 komentar:

Posting Komentar