Anorexia Nervosa

Anorexia Nervosa adalah perilaku seseorang yang berhubungan dengan :
  1. Menolak mempertahankan berat badan minimal. 
  2. Sangat takut terhadap kegemukan meskipun berat badannya sudah kurang. 
  3. Mengeluh merasa gemuk meskipun sebenarnya sudah sangat kurus atau merasa bahwa suatu bagian tubuhnya terlihat gemuk. 
Anorexia Nervosa lebih banyak diderita pada wanita (95%), remaja hingga usia 30 tahun., dan ada kecenderungan disebabkan oleh pola makan keluarga yang sering mengalami stress.
Tanda - tanda Anorexia Nervosa antara lain :
  1. Menggolong - golongkan makanan ang baik dan makanan yang dianggap jelek bagi tubuhnya. 
  2. Menghindari pertemuan yang menyediakan makanan. 
  3. Pikiran selalu tertuju pada masalah makanan, kalori dan berat badan. 
  4. Berat badan menurun drastis. 
  5. Berlatih keras dan tidak mengenal lelah. 
  6. Tiba - tiba berniat tidak makan daging warna merah. 
  7. Takut gemuk. 
  8. Tidak datang bulan (wanita), biasanya selama tiga bulan berturut - turut. 
  9. Rambut rontok. 
  10. Denyut nadi lambat dan lemah. 
  11. Sensitif pada suhu dingin. 
  12. Gugup saat makan. 
  13. Mudah menangis. 
  14. Memotong makanan menjadi kecil - kecil dan memainkanya. 
  15. Memakai baju berlapis - lapis. 
Dibutuhkan beberapa langkah untuk merehabilitasi pasien yang menderit Anorexia Nervosa. Penanganan dari dokter, ahli psikologi, dan ahli gizi mutlak dibutuhkan untuk menghindari kemungkinan - kemungkinan yang tidak diinginkan. Penanganan pasien ini pertama - tama harus dipulihkan terlebih dahulu berat badan tubuhnya ke berat badan ideal. Tujuannya adalah menghindarkan pasien dari kerusakan jaringan dan organ akkbat kekurangan/salah nutrisi. Selanjutnya, dengan bantuan ahli psikologi pasien dikembalikan mengenai anggapan mereka terhadap berat badan dan makanan. 

Aerobik Menjaga Kesehatan Otak

Hippocampus merupakan salah satu area dari otak yang berperan dalam memory verbal dan pembelajaran. Namun Hipppocampus sangat rentan terhadap penuaan dan kerusakan neurological.

Sebuah teori muncul, yang menyipulkan bahwa latihan aerobic pada wanita dapat meningkatkan luas area dari Hippocampus.

Wanita dengan usia 70 - 80 tahun, diberikan latihan aerobik dua kali seminggu selama satu jam dalam jangka waktu 6 bulan. Volume Hippocampus mereka diukur pada awal (sebelum) treatmen dan akhir (sesudah) treatmen dengan menggunakan scan MRI dan memori verbal dan pemebelajaran mereka diukur dengan "Validated Test (RAVLT)".

Hasil tes mengatakan, volume Hippocampus kelompok wanita yang diberikan latihan aerobik selama 6 bulan meningkat secara signifikan. Dipercaya, latihan aerobik dapat mengelela bagian otak (Hippocampus). Bukti lain menjelaskan, latihan aerobik reguler (intensitas sedang) baik untuk menjaga kemampuan kognitif dan menjaga kesehatan otak.

Sumber : http://www.sciencedaily.com

Olahraga Untuk Menopause

Saat wanita memasuki masa menopause, produksi hormon esterogen semakin menurun. Esterogen merupakan hormon reproduksi utama pada wanita yang berperan dalam menjaga kestabilan sistem peredaran (darah) pada wanita. Penurunan kadar esterogen dalam tubuh berarti pula peningkatan resiko penyakit "Cardio Vascular" seperti tekanan darah tinggi dan penyakit kardiovaskuler lainnya. Michael Nyberg melalui hasil penelitiannya, menyatakan bahwa wanita dengan kisaran usia menopause memiliki tekanan darah 10% lebih tinggi dibanding wanita pada usia produktif. Selain tekanan darah, wanita pada usia menopause juga memiliki resiko yang tinggi terhadap arteriosklerosis (pengerasan pembuluh darah).

Lalu, bagaimana cara mengatasinya????

Sebuah penelitian membuktikan bahwasannya latihan Floorball (olahraga sejenis dengan Hockey namun dimainkan pada lapangan berlapisan kayu) 2 kali seminggu dalam 12 minggu untuk wanita pada usia menopause, terbukti mampu menurunkan tekanan darah sekitar 4 mmHg, menurunkan resiko penyakit stroke sebesar 40%, dan menurunkan kasus artheriosklerosis pada wanita menopause hingga 20%.

Sumber : http://www.sciencedaily.com


Manfaat Olahraga Untuk Penderita Depresi

Depresi merupakan penyakit mental yang paling sering dialami oleh manusia di dunia. Hasil survey memberikan gambaran bahwasannya satu dari sepuluh orang di dunia ini pernah menderita depresi sepanjang hidupnya. Hampir keseluruhan dari penderita depresi biasanya ditangani menggunakan cara tradisional yakni dengan obat (antidepresan) atau dengan bantuan psikiater. Namun, penelitian terbaru memberikan hasil bahwasannya latihan atau aktivitas fisik memberikan dampak yang baik bagi penderita depresi. Pada dasarnya, latihan memberikan dampak terhadap neurofisiologis yang identik dengan antidepresan. Depresi diakibatkan oleh matinya sel - sel didaerah Hippocampus (merupakan pusat saraf autonom, emosi, dan memori). Olahraga atau aktivitas fisik memberikan dampak peningkatan terhadap kemampuan otak untuk menyerap serotonin. Latihan atau aktivitas fisik memberikan peningkatan pada aktivitas ephineprine yang kemudian melepaskan faktor - faktor yang dibutuhkan oleh syaraf pertumbuhan untuk meningkatkan pertumbuhan sel di otak dan mencegah kematian sel di Hippocampus. Selain itu, latihan dapat menurunkan produksi hormon yang memicu stres.

Sumber : www.sciencedaily.com

Efek Paracetamol Terhadap Kemampuan Daya Tahan

Penelitian dilakukan di University of Kent's School of Sport and Exercises Science mengasilkan teori dimana paracetamol dapat memiliki efek yang signifikan untuk meningkatkan daya tahan.
Penelitian melibatkan pria sehat yang diberikan satu dosis paracetamol atau placebo sebelum melakukan latihan daya tahan menggunakan sepeda. Dr. Lex Mauger, selaku pemimpin penelitian menyimpulkan bahwa paracetamol meningkatkan kemampuan seseorang untuk dapat berlatih dalam kondisi yang panas, dikarenakan paracetamol mampu menurunkan panas tubuh sebagai hasil metabolisme. Namun mengenai bagaimana mekanisme penurunan panas tersebut, masih diperlukan penelitian lebih lanjut.

Sumber :

Sepak Bola Dapat Menurunkan Tekanan Darah. Benarkah ?

Sebuah penelitian yang dilakukan di Universitas Exerter Denmark yang melibatkan 33 pria dengan rantang usia 33 - 55 tahun yang menderita tekanan darah tinggi dengan level sedang hingga parah, menjelaskan terdapat manfaat yang signifikan dari latihan sepak bola terhadap penyakit tekanan darah tinggi dibanding dengan treatmen normal.
Penelitian dilakukan dengan membagi orang coba ke dalam dua kelompok secara acak.
  • Kelompok I : Diberikan latihan sepak bola selama dua jam dalam satu minggu. 
  • Kelomok II : Diberikan treatmen normal (aktivitas fisik, diet sehar, dan pengkontrolan tekanan darah). 
Menkanisme penilaiannya dengan melakukan pengukuran konsumsi oksigen maksimal orang coba, kadar lemak tubuh, dan tentunya tekanan darah. Penilaian dilakukan setelah tiga bulan treatmen dan dan pada akhir penelitian (bulan ke 6).
Hasilnya, Kelompok I (kelompok yang diberikan treatmen latihan sepak bola) mengalami perubahan menuju arah yang menggembirakan dibanding Kelompok II (kelompok yang hanya diberikan treatmen biasa). Kelompok I mengalami rata - rata penurunan tekanan darah sebesar 10 mmHg, sedangkan Kelompok II hanya mengalami rata - rata penurunan tekanan darah sebesar 5 mmHg.
Selain itu, kelompok I mengalami peningkatan konsumsi oksigen maksimal sebesar 10%, penurunan detak jantung istirahat sekitar 8 detak/menit, dan penurunan kadar lemak tubuh sekitar 2 kg. Sedangkan Kelompok II tidak mengalami peningkatan kualitas kesehatan yang berarti.
Hal tersebut ditegaskan dengan statemen Profesor Peter Krustrup yaitu, "playing football (soccer) reduces blood presure, improves itness and burns fat".

Sumber : http://www.sciencedaily.com

Manfaat Sepak Bola

Sebuah penelitian dilakukan di Universitas Copenhagen untuk mengetahui manfaat sepak bola terhadap kekuatan otot, keseimbangan postur tubuh, dan masa mineral tulang. Penelitian yang diberikan kepada wanita pada usia 20 - 27 tahun, yang diberikan latihan sepak bola 2x seminggu selama 14 minggu menunjukkan peningkatan kepadatan tulang pada tulang tibia kanan dan kiri. Selain itu, probandus juga mengalami peningkatan masa otot pada bagian betis, peningkatan kekuatan otot, dan keseimbangan. Sebuah penelitian dilakukan terhadap pria dengan rentang usia 65 - 75 tahun yang bermain sepak bola (tidak dalam jalur prestasi) selama hidupnya, memiliki keseimbangan dan kekuatan otot yang serupa dengan orang berusia 30 tahun yang tidak terlatih.
Menurut Peter Krustrup, hal ini dikarenakan dalam sepak bola pemain diharuskan melakukan gerakan - gerakan seperti sprint, berbalik arah, menendang, dan melakukan tackles. Kombinasi tersebut memberikan stimulus yang bervariasi terhadap tulang sehingga merangsang peningkatan mineralisasi tulang dari pada kegiatan olarhaga lain, seperti berlari.

Sumber : http://www.sciencedaily.com

Manfaat Latihan Untuk Lansia

Sering penuaan, kapasistas fungsi dari sistem neuromuskular, kardiovaskular, dan pernafasan manusia akan berangsur menurun, hal ini menjadi pemicu dari ketidak mampuan lansia untuk melakukan kegiatan sehari - harinya dengan mandiri. Apa penyebabnya? Menurut Mikel Izquierdo, seorang Profesor Fisioterapi dari University of Navarre mengungkapkan bahwa penyebab utama dari ketidak mampuan lansia diakibatkan karena semakin menurunnya aktivitas (olahraga) yang dilakukannya. Ketidak aktifan akan menurunkan masa otot dan kapasitas fungsional tubuh (neuromuskular, kardiovaskular, dan pernafasan) sehingga mengakibatkan ketidak mampuan. Bagaimana cara mengatasinya? Sebuah studi yang dilakukan oleh Mikel Izquierdo, yang melibatkan 24 lansia antara usia 90 - 96 tahun. Setiap 2x seminggu selama 12 minggu. Mereka diberikan latihan multikomponen : program latihan yang berisi berbagai jenis latihan, utamanya adalah latihan untuk meningkatkan kekuatan dan keseimbangan. Latihan dapat meningkatkan kapasitas fungsional, menurunkan resiko terjatuh dan meningkatkan kekuatan otot. Menurut Profesor Mikel Izquierdo latihan cocok diberikan untuk lansia untuk mencegah penuaan secara fisiologis, meningkatkan kualitas hidup dan kemandirian, dan membantu mereka untuk beradaptasi dengan lingkungannya.
Kesimpulannya, latihan multikomponen mampu meningkatkan masa otot, power, dan keseimbangan yang mampu meningkatkan kualitas hidup dan kemandirian pada lansia

Sumber : http://www.sciencedaily.com/releases/2013/09/130927092350.htm

Statistik Cedera Ankle

Menurut ACSM pada July 2011, 25.000 orang america menderita "Ankle Sprain" per hari, dan terjadi sekitar 9 juta kasus "Ankle Sprain" dalam satu tahun. Dari 9 juta kasus tersebut, 85% merupakan cedera akibat inversi (Lateral Ankle Sprain), 10% merupakan cedera "Syndesmotic Sprain" dan 5% sisanya merupakan jenis cedera "Medial Ankle Sprain" Olahraga yang merupakan penyumbang terbesar pasien cedera ankle ialah Bola Basket. Sebesar 41% kasus cedera ankle berasal dari permainan bola basket. Hampir setengah dari keseluruhan kasus cedera ankle dalam bola basket terjadi saat pemain mendarat setelah melakukan lompatan. 25% diantaranya diakibatkan mendarat dengan menginjak kaki pemain lainnya. 30% diakibatkan gerakan memutar yang cepat dan tajam, 10% diakibatkan tabrakan dengan pemain lain, 5% akibat terjatuh, 2,5% diakibatkan gerakan berhenti secara tiba - tiba dan 2,5% diakibatkan tersandung.

2 Atlet Meninggal Akibat Hiponatremia

Kelebihan minum bagi atlet merupakan hal yang sangat membahayakan. Dua atlet yakni Zyrees Oliver dikabarkan meninggal di rumah sakit setelah jatuh pinsan di rumahnya. Zyrees dikabarkan mengkonsumsi 2 galon (7,57 liter) air dan 2 galon (7,57 liter) minuman berenergi.
Selain itu, di Mississippi Walker Wilbank dilarikan ke Rumah Sakit pada paruh waktu permainan setelah setelah mengalami muntah dan kram pada bagian tungkai. Walker sempat mengalami kejang saat dilakukan penanganan di Rumah Sakit dan dilaporkan meninggal. Dokter melaporkan bahwa walker menderita Hiponatremia. Hiponatremia merupakan kondisi kelebihan air dalam tubuh diakibatkan atlet terus minum walaupun dalam kondisi tidak sedang haus. Kelebihan air di dalam tubuh saat latihan dapat membanjiri tubuh. Akibatnya, Darah menjadi encer, kadar sodium dalam darah menurun drastis. Sel akan merespon kondisi kelebihan air sehingga sel akan berusaha menyerap air, termasuk sel berada di otak. Akibatnya, terjadi pembengkakkan pada sel. Di otak, pembengkakkan akan menimbulkan tekanan dari dalam pada tengkorak, yang mengakibatkan penurunan kadar darah yang menuju ke otak, lebih jauh mungkin mengakibatkan kerusakan pada otak dan meninggal.
Hiponatremia dapat mengakibatkan kram otot, mual, muntah, kejang, kehilangan kesadaran, hingga meninggal.

Peningkatan Berat Badan Memicu Tekanan Darah Tinggi

Mengalami peningkatan berat badan yang tidak signifikan atau hanya sekitar 5 pound (2,267 kg) dapat memicu terjadinya tekanan darah tinggi pada orang dewasa. benarkah??
Selama ini banyak orang berpendapat, bahwasannya penyakit (salah satunya adalah darah tinggi) hanya terjadi pada orang - orang yang sudah memasuki kategori kelebihan berat badan atau obesitas, namun faktanya semua itu tidak selalu benar.
Peningkatan tekanan darah disebabkan oleh peningkatan "Abdominal Visceral Fat" yang merupakan lemak di dalam rongga perut.
Sebuah penelitian dilakukan oleh Naima Covassin,Ph.D., untuk American Heart Association's High Blood Pressure Research Scientific Sessions 2014 untuk mengetahui resiko peningkatan berat badan terhadap peningkatan tekanan darah. Penelitian dilakukan dalam delapan minggu. Enam belas orang dengan berat badan normal diberikan tes tekanan darah selama 24 jam. Kemudian peneliti memberikan mereka 400 - 1200 ekstra kalori untuk dikonsumsi sesuai dengan minat mereka (es krim, cokelat, atau minuman berenergi) untuk menignkatkan berat badan sekitar 5% dari berat badan awal. Setelah terjadi peningkatan berat badan sesuai dengan target, orang coba diukur tekanan darahnya setelah 24 jam. Hasil pengukuran tekanan darah orang coba dibandingkan dengan responden lainnya dengan berat badan yang sama namun sudah hidup dalam berat badan tersebut dalam kurun waktu lebih dari 8 minggu. Hasilnya :
  • Orang coba mengalami peningkatan rata - rata tekanan sitole yang tadinya 114 mmHg menjadi 118 mmHg.
  • Orang coba yang mengalami peningkatan berat badan mengalami peningkatan tekanan darah. 
  • Peningkatan berat badan antara 5 pounds (2,267kg) hingga 11 pounds (4,989kg) tidak mempengaruhi kadar insulin, kolesterol, dan gula darah.