Overtraining

Latihan adalah suatu proses atau periode waktu yang berlangsung selama beberapa tahun sampai olahragawan mencapai standar penampilan yang tinggi (Nosel Y. 1982 : 10). Dengan melakukan latihan secara teratur akan terjadi peningkatan fungsional sistem - sistem di dalam tubuh. Latihan merupakan salah satu stressor fisik yang dapat mengganggu keseimbangan homeostatis tubuh kita. Pemanfaatan latihan yang dikemas dalam bentuk latihan fisik memerlukan mengenai dosis yang tepat, sehingga memberikan peluang untuk membentuk mekanisme penyakit (coping) yang mampu mengubah stressor tersebut menjadi simulator. Sebaliknya, latihan yang tidak mengindahkan prinsip - prinsip dasar latihan justru akan berpotensi menimbulkan masalah kesehatan. Salah satunya adalah overtraining.

Overtraining adalah keadaan menurunnya kemampuan tubuh di tengah - tengah suatu proses atau program latihan dalam suatu kurun waktu yang ditandai dengan berbagai gejala subyektif dan obyektif.

Sindrom Overtraining memberikan pengaruh secara fisioogis maupun  secara psikologis yang dapat menurunkan kinerja atlet. Sindrom ini ditandai dengan kelelahan yang terus-menerus, kinerja yang buruk dalam olahraga secara terus-menerus meskipun latihan, perubahan suasana hati akibat neuroendokrin dan sering sakit, seperti infeksi saluran pernapasan bagian atas. Overtraining sindrom mencerminkan ketidakmampuan tubuh untuk beradaptasi dengan adanya penumpukan akibat kelelahan setiap hari, latihan yang intens yang tidak seimbang dengan istirahat yang cukup.

Mengidentifikasi gejala overtraining sangatlah penting karena identifikasi dini akan memberikan peluang bagi pelatih dan atlet untuk memperbaiki program latihannya sebelum mengalami overtraining parah dan harus istirahat total dalam jangka waktu yang lama. Beberapa simptom yang dapat dilihat dari sindrom overtraining antara lain :
  1. Menurunnya kinerja/penampilan 
  2. Berkurangnya kemampuan untuk melakukan latihan dengan intensitas yang tinggi
  3. Kelelahan yang tinggi
  4. Penurunan detak jantung maksimal
  5. Perubahan dalam variabel laktat darah, seperti konsentrasi ambang laktat darah pada saat latihan 
  6. Perubahan pada neuroendokrin, seperti mengurangi ekskresi norepinefrin (NEP) pada malam hari
  7. Perubahan pada atlet yang dilaporkan sendiri, seperti indikator kelelahan dan kualitas tidur. 
Ada beberapa faktor yang berkontribusi memicu terjadinya overtraining antara lain :
  1. Peningkatan volume dan /atau intensitas latihan yang mendadak
  2. Jadwal kompetisi yang berat
  3. Kurangnya pemulihan pada program periodisasi dalam jadwal latihan
  4. Latihan yang monoton
  5. Tingkat stres yang tinggi, terlepas dari apakah mereka langsung berhubungan dengan latihan
 Dikemukakan Laurel (2000), terdapat beberapa langkah untuk mencegah terjadinya sindrm overtraining.
  1.  Program latihan individual bagi siswa/atlet
  2. Membina komunikasi yang baik dengan siswa/atlet
  3. Keterbukaan tentang kondisi pribadi siswa/atlet
  4. Peningkatan beban latihan secara bertahap
  5. Program latihan yang bervariasi
  6. Memberikan masa pemulihan yang cukup
  7. memberikan waktu istirahat dan liburan yang cukup
  8. Mengkonsumsi makanan yang cukup
  9. Konsultasi dan pemeriksaan medis dan psikologis secara teratur

0 komentar:

Posting Komentar